Kamis, 28 November 2013

TENTANG ORGANISASI

1.      Perbedaan Antara Kekuasaan dan Wewenang ?

            A.    Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagau subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan).

            B.     Wewenang
Wewenang merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak daripada kegiatan-kegiatan. wewenang yang ada pada diri seseorang yang bersifat formal harus didukung pula dengan wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan. Disamping itu juga wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.
“Kekuasaan” didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bila tidak dilakukan”, akan tetapi “Kewenangan” ini akan mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan hak untuk melakukan kekuasaan.

            2.      Apa saja Tehnik pengambilan keputusan ?

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.

Berikut beberapa Metode Pengambilan Keputusan :

1. Elementary Methods (Metode dasar)
Metode pendekatan ini sangat simple, dan membutuhkan perhitungan untuk mendukung analisis. Metode ini sesuai untuk keadaan di mana masalah hanya diselesaikan oleh satu orang saja, alternatif yang terbatas dan ada karakter yang unik di lingkungan pembuatan keputusan. 

2. MAUT (Multi-Attribute Utility Theory)
Metode ini menggunakan skala prioritas antara 0-1 untuk membantu dalam pembuatan keputusan di organisasi. Hasil dari prioritas itu dapat digunakan sebagai pembuat keputusan.

3. SMART (Simple Multi Attribute Rating Techniqu)
Metode pengambilan keputusan ini menggunakan fungsi nilai yang dihitung secara matematis. Adanya skala penilaian yang telah diketahui oleh banyak orang.

4. Basic Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA)
MCDA umumnya mempunyai masalah yang memiliki salah satu dari sejumlah alternatif. Alternatif tersebut didasarkan pada seberapa baik dalam penilaian hal yang dipilih. Kriteria dan nilai atau score-nya dibuat oleh si pembuat keputusan. Setelah memberikan penilaian terhadap alternatif  dijumlahkan sesuai  masing-masing kriteria dan kemudian diurutkan sesuai jumlahscore. Urutan hasil yang telah didapatkan oleh pembuat keputusan adalah hasil keputusan.

5. NGT (Nominal Group Technic)
NGT adalah suatu metode untuk mencapai konsensus dalam suatu kelompok dalam membuat keputusan. Teknik ini mengumpulkan ide-ide dari tiap peserta atau anggota organisasi kemudian memberikan voting dan rangking terhadap ide-ide yang mereka pilih. Ide yang dipilih adalah ide yang paling banyak score-nya, yang berarti merupakan konsensus bersama.

            3.      Apa sajakah Unsur-unsur komunikasi ?

     Setiap manusia di dunia ini pasti pernah berkomunikasi. Namun, tak semua manusia bisa memahami bahwa di dalam komunikasi yang dilakukannya terdapat unsur komunikasi. Jika komunikasi yang dilakukannya baik maka akan menimbulkan umpan balik (feedback) yang baik juga. Begitu juga sebaliknya, jika komunikasi terjadi dengan buruk, maka teridentifikasi ada yang kurang dari unsur komunikasi sehingga menimbulkan umpan balik yang tidak sesuai dengan keinginan komunikator.

Lantas, apa saja unsur komunikasi?
Jika mengacu pada pendapatnya Lasswell, unsur komunikasi itu ada lima. Yaitu, komunikator (penyampai pesan), pesan, media, komunikan (penerima pesan) dan efek. Hal ini dipahami dari pernyataan Lassweel yang menilai bahwa langkah yang cocok untuk memamparkan komunikasia adalah dengan menjawab pertanyaan yang berbunyi: 

“Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? “

Who, yaitu unsur komunikator, siapa yang menjadi sumber untuk menyamapaikan pesan/informasi.
Says what, yaitu unsur message atau isi pesan yang dikomunikasikan.
In which channel, yaitu alat-alat komunikasi atau media komunikasi yang digunakan.
To whom, yaitu unsur komunikan, mereka yang menjadi penerima komunikasi.
With what effect, yaitu unsur pengaruh yan ditimbulkan komunikasi.
Dari sinilah dapat ditangkap bahwa komunikasi adalah langkah penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media yang dipastikan menimbulkan efek tertentu.

Sumber :





Rabu, 13 November 2013

STRUKTUR ORGANISASI

Struktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun Organisasi adalah suatu wadah berkumpulnya minimal dua orang untuk mencapai sebuah tujuan.
Struktur Organisasi adalah Suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian secara posisi yang ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan.



Ket. : Struktur organisasi Pengadilan Negeri Denpasar
Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Struktur Organisasi juga dapat dikatakan adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan di inginkan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa, jadi ada satu pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan.
1.        Elemen struktur organisasi
Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain:
  • Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa pekerjaan tersendiri.
  • Departementalisasi. Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama. Departementalisasi dapat berupa proses, produk,geografi, dan pelanggan.
  • Rantai komando. Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
  • Rentang kendali. Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif.
  • Sentralisasi dan Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah lawan dari sentralisasi.
  • Formalisasi. Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.
1.1       Struktur sederhana
Struktur sederhana adalah sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja, dan sedikit formalisasi. Struktur sederhana paling banyak dipraktikkan dalam usaha-usaha kecil di mana manajer dan pemilik adalah orang yang satu dan sama. Kekuatan dari struktur ini adalah kesederhanaannya yang tercermin dalam kecepatan, kefleksibelan, ketidakmahalan dalam pengelolaan, dan kejelasan akuntabilitas. Satu kelemahan utamanya adalah struktur ini sulit untuk dijalankan di mana pun selain di organisasi kecil karena struktur sederhana menjadi tidak memadai tatkala sebuah organisasi berkembang karena formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung menciptakan kelebihan beban (overload) di puncak.
1.2       Birokrasi
Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.
Kekuatan utama birokrasi ada kemampuannya menjalankan kegiatan-kegiatan yang terstandar secara sangat efisien, sedangkan kelemahannya adalah dengan spesialisasi yang diciptakan bisa menimbulkan konflik-konflik subunit, karena tujuan-tujuan unit fungsional dapat mengalahkan tujuan keseluruhan organisasi. Kelemahan besar lainnnya adalah ketika ada kasus yang tidak sesuai sedikit saja dengan aturan, tidak ada ruang untuk modifikasi karena birokrasi hanya efisien sepanjang karyawan menghadapi masalah yang sebelumnya telah mereka hadapi dan sudah ada aturan keputusan terprogram yang mapan.
1.3       Struktur matriks
Struktur matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur matriks dapat ditemukan di agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan, perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, universitas, perusahaan konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan.
Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk departementalisasi: fungsional dan produk Kekuatan departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan para spesialis, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari memungkinkan pengumpulan dan pembagian sumber daya khusus untuk keseluruhan produk. Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi tugas para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu dan sesuai anggaran. Departementalisasi produk, di lain pihak, memiliki keuntungan dan kerugian yang berlawanan. Departementalisasi ini memudahkan koordinasi di antara para spesialis untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Lebih jauh, departementalisasi ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua kegiatan yang terkait dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya dan kegiatan. Matriks berupaya menarik kekuatan tersebut sembari menghindarkan kelemahan-kelemahan mereka.
Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur matriks memiliki dua atasan -manajer departemen fungsional dan manajer produk. Karena itulah matriks memiliki rantai komando ganda.
2.        Desain Struktur Organisasi Modern
2.1       Struktur tim
Struktur tim adalah pemanfaatan tim sebagai perangkat sentral untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan kerja. Karakteristik utama struktur tim adalah bahwa struktr ini meniadakan kendala-kendala departemental dan mendesentralisasi pengambilan keputusan ke tingkat tim kerja. Struktur tim juga mendorong karyawan untuk menjadi generalis sekaligus spesialis.
2.1       Organisasi virtual
Organisasi virtual adalah organisasi inti kecil yang menyubkontrakkan fungsi-fungsi utama bisnis secara detail.
2.3       Organisasi Nirbatas
Organisasi nirbatas adalah sebuah organisasi yang berusaha menghapuskan rantai komando, memiliki rentang kendali tak terbatas, dan mengganti departemen dengan tim yang diberdayakan.
3.        Model desain struktur organisasi
Ada dua model ekstrem dari desain organisasi.
§      Model mekanistis, yaitu sebuah struktur yang dicirikan oleh departementalisasi yang luas, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas, dan sentralisasi.
§    Model organik, yaitu sebuah struktur yang rata, menggunakan tim lintas hierarki dan lintas fungsi, memiliki formalisasi yang rendah, memiliki jaringan informasi yang komprehensif, dan mengandalkan pengambilan keputusan secara partisipatif.
§      Model Piramid,model ini di buat persis sebuah piramida.
§   Model Horizontal,Model ini dibuat dengan manarik garis lurus secara horizontal dengan pembagian funsional masing-masing bersama tugasnya masi-masing.
4.        Faktor penentu struktur organisasi
Sebagian organisasi terstruktur pada garis yang lebih mekanistis sedangkan sebagian yang lain mengikuti karakteristik organik. Berikut adalah faktor-faktor utama yang diidentifikasi menjadi penyebab atau penentu struktur suatu organisasi :
§      Strategi
Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi secara keseluruhan, logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat. tepatnya, struktur harus mengikuti strategi. Jika manajemen melakukan perubahan signifikan dalam strategi organisasinya, struktur pun perlu dimodifikasi untuk menampung dan mendukung perubahan ini. Sebagian besar kerangka strategi dewasa ini terfokus pada tiga dimensi -inovasi, minimalisasi biaya, dan imitasi- dan pada desain struktur yang berfungsi dengan baik untuk masing-masing dimensi.
Strategi inovasi adalah strategi yang menekankan diperkenalkannya produk dan jasa baru yang menjadi andalan. Strategi minimalisasi biaya adalah strategi yang menekankan pengendalian biaya secara ketat, menghindari pengeluaran untuk inovasi dan pemasaran yang tidak perlu, dan pemotongan harga. Strategi imitasi adalah strategi yang mencoba masuk ke produk-produk atau pasar-pasar baru hanya setelah viabilitas terbukti.
§      Ukuran organisasi
Terdapat banyak bukti yang mendukung ide bahwa ukuran sebuah organisasi secara signifikan memengaruhi strukturnya. Sebagai contoh, organisasi-organisasi besar yang mempekerjakan 2.000 orang atau lebih cenderung memiliki banyak spesialisasi, departementalisasi, tingkatan vertikal, serta aturan dan ketentuan daripada organisasi kecil. Namun, hubungan itu tidak bersifat linier. Alih-alih, ukuran memengaruhi struktur dengan kadar yang semakin menurun. Dampak ukuran menjadi kurang penting saat organisasi meluas.
§      Teknologi
Istilah teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi output. Setiap organisasi paling tidak memiliki satu teknologi untuk mengubah sumber daya finansial, SDM, dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa.
§      Lingkungan
Lingkungan sebuah organisasi terbentuk dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan di luar organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Kekuatan-kekuatan ini biasanya meliputi pemasok, pelanggan, pesaing, badan peraturan pemerintah, kelompok-kelompok tekanan publik, dan sebagainya.
Struktur organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu berubah. Beberapa organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis -tak banyak kekuatan di lingkungan mereka yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru, tidak ada terobosan teknologi baru oleh pesaing saat ini, atau tidak banyak aktivitas dari kelompok-kelompok tekanan publik yang mungkin memengaruhi organisasi. Organisasi-organisasi lain menghadapi lingkungan yang sangat dinamis -peraturan pemerintah cepat berubah dan memengaruhi bisnis mereka, pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap produk, dan semacamnya. Secara signifikan, lingkungan yang statis memberi lebih sedikit ketidakpastian bagi para manajer dibanding lingkungan yang dinamis. Karena ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah organisasi, manajemen akan menocba meminimalkannya. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian lingkungan adalah melalui penyesuaian struktur organisasi. 
Sumber :
  1. Buku :

Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta: Salemba Empat. Hal. 214-224
     
     2.Web :

Minggu, 03 November 2013

REMAJA DAN NARKOBA


Remaja merupakan tunas bangsa, calon pemimpin. Remaja digambarkan sebagai sosok muda yang kreatif, berkembang, bersemangat, dan memiliki rasa keingintahuan yang cukup tinggi. Remaja juga dikenal sebagai masa seseorang untuk mencari jati diri.

Pada era globalisasi saat ini, dimana informasi sangat mudah didapatkan melalui berbagai media seperti televisi dan internet. Sehingga mudahnya budaya barat melebur masuk kedalam budaya kita yang amat berbeda.

Disamping itu, masa remaja merupakan masa yang rawan bagi seseorang mudah terpengaruh oleh lingkungan disekitarnya, baik menuju arah yang positif maupun negatif. Hal yang sangat baik apabila seorang remaja terpengaruh oleh pergaulan yang menuju hal-hal positif seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, mengikuti perlombaan karya tulis, maupun bergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (Osis). Namun, akan sangat disayangkan apabila seorang remaja terpengaruh kedalam hal-hal negatif. Salah satu yang cukup banyak berkaitan dengan masa remaja saat ini adalah NARKOBA.

Pengertian narkoba menurut Kurniawan (2008) adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.

Rata-rata seorang remaja yang menggunakan narkoba karena ingin mencoba-coba, atau karena diajak oleh teman-teman mereka. Penyebab lainnya adalah depresi yang dialami seorang remaja, atau karena kurangnya perhatian orang tua.

Narkoba sangat merugikan orang yang menggunakannya. Terutama apabila penggunanya masih berusia remaja akan merusak masa depan remaja tersebut. Mengapa demikian ?

Karena seseorang yang pernah menggunakan narkoba walaupun secara fisik sudah dapat dikatakan sembuh dari kecanduan akan tetapi secara psikis mereka akan merasakan malu karena pernah menggunakan zat terlarang tersebut. Mereka pun mungkin akan dijauhi dan dikucilkan oleh teman-temannya, bahkan oleh masyarakat sekitar dimana ia tinggal .

Hal ini akan menjadi penghalang seorang mantan pengguna narkoba untuk meneruskan kehidupannya, untuk melakukan segala kegiatan yang ingin dia lakukan.

Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kita sudah seharusnya mengetahui apa saja penyebab yang dapat menyebabkan seseorang menjadi pengguna narkoba, khususnya bagi orang tua. Keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk karakter seorang anak. Segala pendidikan berawal dari dalam keluarga sebelum seseorang terjun kedunia luar. Karena bagaimanapun mencegah itu lebih baik dari pada mengobati, dan pencegahan tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga.

Selain keluarga dan pergaulan, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter, sifat dan perilaku seorang remaja adalah faktor pendidikan, pendidikan yang baik disekolah akan mempengaruhi seorang remaja agar menyukai dan mau melaksanakan segala tugas yang diberikan guru disekolah sehingga mereka tidak peduli terhadap hal-hal yang menurut mereka tidak penting.

Dan faktor terpenting yang dapat membentuk karakter seorang remaja yang baik adalah faktor religius. Seseorang yang memiliki sifat religius yang baik cenderung juga memiliki sifat dan kebiasaan yang baik. Karena tidak ada satupun agama maupun kepercayaan yang mengajarkan keburukan.

Itulah sedikit bahasan yang dapat saya tuliskan mengenai Remaja dan Narkoba. Semoga bermanfaat ! 

Sumber :


Minggu, 13 Oktober 2013

ORGANISASI DAN PENGALAMAN BERORGANISASI

     A.           TEORI

        Sering sekali kita mendengar bahwa manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang cenderung hidup bermasyarakat, melakukan segala kegiatan bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut manusia harus saling bekerja sama agar apa yang menjadi tujuan mereka dapaT tercapai. Hal inilah yang mendasari manusia untuk berorganisasi.

     B.          FUNGSI ORGANISASI


1.       Planning (perencanaan)
      Perencanaan dalam organisasi yang disusun oleh pengelola organisasi, seperti rencana kerja atau kegiatan serta anggaran yang diperlukan, teknis pelaksanaannya bisa melalui rapat-rapat, seperti :
>> Rapat Kerja (pengurus organisasi) yang membicarakan rencana-rencana kerja pengurus serta kegiatan anggota yang akan dilakukan dengan satu atau lebih target yang akan dicapai.
>> Rapat Anggaran, untuk menentukan berapa jumlah anggaran yang diperlukan untuk mendukung kerja organisasi atau untuk suatu event / kegiatan (wujudnya daftar RKA) atau proposal kegiatan.

2.       Organizing (pengaturan)
        Dalam hal pengaturan, unsur yang perlu diperhatikan & diwujudkan adalah :
Harus diatur dan ditata dengan baik administrasi organisasi, seperti surat masuk, surat keluar, laporan-laporan, proposal keluar, data anggota, AD/ART, GBHK, presensi, hasil rapat, inventarisasi yang dimiliki, perangkat yang dipinjam dll.
>> Struktur Organisasi yang mampu menunjukkan bagaimana hubungan (relationship) antara  organisasi/bagian/seksi yang satu dengan yang lain.
>> Job Description yang jelas yang mampu menjelaskan tugas masing-masing bagian.
>>  Bentuk Koordinasi antar bagian dalam organisasi (misal. Rapat Koordinasi antar bagian, Rapat  Pimpinan antar Organisasi, dll)
>>   Penataan dan Pendataan Arsip & Inventaris Organisasi

3.       Accounting (pelaporan)
        Pelaporan merupakan unsur wajib yang harus dilakukan untuk menunjukkan sikap & rasa tanggung jawab dari pengurus kepada anggotanya ataupun kepada struktur yang berada diatasnya. Wujud kongkritnya adalah :
    Progress Report (Laporan Pengembangan Kegiatan)atau Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kegiatan.

4.       Controling (pengawasan)
        Selain ketiga fungsi diatas, tugas organisasi ataupun pimpinan organisasi yang tidak boleh terlewatkan adalah melakukan pengawasan terhadap aktifitas organisasi ataupun realisasi kegiatan dan penggunaan anggaran.
             
             
      C.      PENGALAMAN BERORGANISASI

      Pengalaman berorganisasi saya mungkin bisa dikatakan dimulai sejak saya duduk dibangku SMA. Saat itu saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler (singkatan : ekskul) Palang Merah Remaja atau yang sering kita dengar dengan sebutan PMR. Saya sangat tertarik mengikuti ekstrakurikuler tersebut karena diawali pada saat kegiatan demo ekskul disekolah yang diikuti semua ekskul pada saat MOS (Masa Orientasi Siswa). Termasuk PMR, ekskul yang menjadi salah satu ekstrakurikuler terbaik karena menyumbangkan banyak piala untuk sekolah ini menurut saya menampilkan demo yang sangat menarik, lucu, kreatif, juga tidak membosankan.

     Hal inilah yang menjadi penyebab saya untuk bergabung menjadi anggota PMR. Namun, yang menjadi perhatian dalam kegiatan ekskul ini adalah selain mendapatkan teman baru, juga mendapatkan banyak pengalaman. Dan pengalaman terpenting yang saya dapatkan selama saya mengikuti ekskul ini adalah BERORGANISASI.

     Selama menjadi anggota dan pengurus, saya terpilih menjadi bagian publikasi. Dibagian publikasi saya bertugas memberikan berbagai informasi mengenai PMR, seperti informasi kesehatan, hal-hal ter-up to date, prestasi yang telah dicapai, karya-karya yang telah dihasilkan para anggota (seperti puisi, gambar, dll.), segala kegiatan baik itu lomba maupun acara-acara besar yang kami adakan pun tak terlewatkan kami informasikan demi kepentingan dan tugas yang harus saya dan teman-teman selesaikan. Kami harus menjalankan tugas kami menyelesaikan ART (Anggaran Rumah Tangga) yang pada akhir kepengurusan akan dipertanggung jawabkan.

      Selain menjalankan tugas utama saya sebagai anggota publikasi, selama menjadi anggota PMR kami banyak mengadakan acara, dimana saya dan teman-teman bergantian dalam menjadi panitia pengurus.  Mengadakan rapat untuk memilih panitia, menentukan anggaran dan lain-lain.

      Pada saat acara pelatikan WIRA 1 saya ditunjuk menjadi bendahara, yang bertugas mengumpulkan dana, menyimpan, dan mengelola keuangan sebagai amanah untuk segala keperluan acara pelantikan tersebut. Selama menjadi bendahara saya dituntut oleh diri saya sendiri agar bertugas sebagaimana seharusnya, tidak boleh ada uang yang hilang, tidak boleh menggunakan uang diluar kepentingan pelantikan, juga pengeluaran tidak boleh lebih besar daripada pendapatan. Walaupun saya sibuk bertugas menjadi bendahara bukan berarti saya egois atau tidak peduli dengan tugas kawan yang lain. Dalam arti sayapun harus siap membantu teman yang membutuhkan bantuan, karena kita berada dalam satu organisasi, satu kesatuan yang harus saling mendukung.

     Selain menjadi bendahara, saya pernah menjadi seksi acara dalam berbagai kegiatan seperti acara Perlombaan CAKAP (Cipta Karya Palamarta) tingkat wilayah II dengan mengundang berbagai sekolah dari SMP (Madya) hingga SMA (Wira), juga Pelantikan Calon Anggota Baru (Pelantikan Caang). Menjadi seksi acara saya bertugas menyusun dan membuat acara yang sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama, harus tersusun dan terkonsep dengan jelas, dan acara yang dijalankan harus sesuai dengan yang direcanakan.

     Setelah menjalani berbagai tugas, ada tugas akhir yang merupakan tugas terpenting selama saya berorganisasi, yaitu membuat Laporan Pertanggung Jawaban atau yang biasa disingkat dengan LPJ. Walaupun saya telah mengikuti berbagai kepanitiaan dengan berbagai tugas dan jabatan, namun karena jabatan saya pada awalnya adalah seksi publikasi. Dengan membuat Laporan Pertanggung Jawaban saya bisa mengukur dan mengevaluasi pekerjaan yang telah saya jalankan selama berorganisasi. Dan dapat menjadi pelajaran bagi adik-adik penerus saya berikutnya.  

      Itulah beberapa pengalaman yang saya dapatkan selama berorganisasi. Apapun tugas yang saya dapatkan, saya harus siap menjalankannya. Karena bagaimanapun, organisasi dapat diibaratkan keluarga, satu kesatuan yang memiliki suatu tujuan demi kebaikan bersama.


DAFTAR PUSTAKA


Senin, 13 Mei 2013

UPACARA MAPPALILI SUKU BUGIS DI SULAWESI SELATAN



      A.   Latar Belakang

Acara adat sebagai suatu kekayaan budaya dan tradisi tetap dipertahankan di bagian wilayah Sulawesi Selatan untuk mengawali musim. Mappalili sebagai salah satu jenis upacara ritual, dahulu pada dasarnya lahir di tengah-tengah dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa Bugis dan Makassar. Dalam perkembangannya dewasa ini, upacara ritual yang disebut mappalili hanya popular di kalangan kelompok masyarakat yang melihat komunitas bissu sebagai yang terpenting dalam upacara ini. Bahkan upacara ritual mappalili yang popular di kalangan masyarakat Bugis, khususnya di daerah Segeri Mandalle Kabupaten Pangkep,Sulawesi Selatan. Penetapan hari pelaksanaan setiap tahun berjalan ditentukan oleh pimpinan bissu, yang disebutnya Puang Matoa dan Puang Lolo. Upacara adat yang dilakukan turun-temurun diyakini masyarakat setempat sebagai pedoman bagi petani untuk memulai musim tanam padi. Ketika pemerintahan dipegang oleh raja pada zaman prasejarah, bissu dipercayakan menjadi pemimpin upaca adat tersebut, termasuk menentukan penetapan hari pelaksanaannya. Namun seiring perubahan sistem pemerintahan, penetapan hari H upacara adat itu sudah mendapat campur tangan pihak pemerintah.

Menurut etimology, Mappalili (Bugis) / Appalili (Makassar) berasal dari kata palili yang memiliki makna untuk menjaga tanaman padi dari sesuatu yang akan mengganggu atau menghancurkannya. Mappalili atau Appalili adalah ritual turun-temurun yang dipegang oleh masyarakat Sulawesi Selatan, masyarakat dari Kabupaten Pangkep terutama Mappalili adalah bagian dari budaya yang sudah diselenggarakan sejak beberapa tahun lalu.
Mappalili adalah tanda untuk mulai menanam padi. Tujuannya adalah untuk daerah kosong yang akan ditanam, disalipuri (Bugis) / dilebbu (Makassar) atau disimpan dari gangguan yang biasanya mengurangi produksi.

Menurut bagian 32 bab XV UUD 1945 tentang konservasi kebudayaan nasional, pemerintah Kabupaten Pangkep memberikan penghargaan kepada konservasi dan pelaksanaan upacara Mappalili di setiap tahun atau setiap awal musim budidaya. Pada prosesi pelaksanaan Mappalili memiliki beberapa perbedaan antara satu kecamatan dengan kecamatan lain karena menurut perhitungan dan diskusi dari pemimpin adat (anrong guru / kalompoang) di setiap kecamatan. Tapi ada sesuatu yang akan menjadi dasar utama dari prosesi pelaksanaan dan peralatan yang digunakan tidak bisa kalah.

Mappalili memiliki sesuatu yang menggambarkan karakteristik dari masyarakat Pangkep sepenuhnya. Pada pelaksanaan pembangunan upacara Mappalili di setiap kecamatan masih menggunakan beberapa peralatan yang digunakan sejak beberapa tahun lalu. Penggunaan peralatan harus melalui ritual adat yang melibatkan leade kustom, sosialita, dan beberapa pemerintah. Oleh karena itu, aktivitas upacara Mappalili di setiap kecamatan dapat berbeda sesuai dengan waktu dan jenis ritual pelaksanaannya.

Mappalili / Appalili dapat disimpulkan sebagai peralatan atau alat pemersatu dan sumber kerja sama maka dapat meningkatkan produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


     B.   Proses Pelaksanaan Upacara
      
      Mappalili di Balla Kalompoang biasanya digelar selama lima hari, tetapi dengan pertimbangan waktu dan biaya, sehingga diselenggarakan selama dua hari hanya tanpa mengurangi nilai dan makna budaya.

Setelah doa Subuh, penyusunan Mappalili dilakukan dengan Pinati (sanro/ perias pengantin) dengan didampingi oleh drum tradisional untuk mengumpulkan personil Palili yang memiliki anggota 41 orang.

Para rombongan dari Palili pergi ke sawah Kalompoang di Pacce'lang. Rombongan dipimpin oleh Pinati Male. Urutan Mappalili rombongan sebagai berikut:

a. Bendera Kerajaan Siang dengan lainnya 4 bendera, ada :
  • Bendera hitam - (labolong) anrong appaka.
  • Bendera merah - untuk Barani risibatua.
  • Bendera kuning - Bendera rilesang.
  • Bendera hijau - Pabbicara risengkae bendera.
  b. 6 tombak
  c. Beras
  d. Pinati
  e. 1 set alat pabrik
  f. 2 kerbau
  g. Masyarakat

Setelah dari lokasi Palili, para rombongan dari Palili makan bersama dengan songkolo porsi Palopo na.       Ada dua Pinati, satu Pinati Pria dan yang lainnya Pinati Wanita. Pinati dipilih berdasarkan diskusi masyarakat. Mereka memiliki tugas yang berbeda, Pinati Pria mengelola penyusunan dan pelaksanaan Mappalili, dan Pinati Wanita mengelola konsumsi.

Setelah acara Mappalili digelar oleh pihak bissu Kerajaan, masyarakat setempat barulah menanam padi di   sawah. Hal itu sudah turun-temurun dilakukan. Masyarakat meyakini itu. Kalau ada yang melanggar atau mendahului menanam padi sebelum acara adat digelar, biasanya mendapat bala atau tanamannya puso. 

Acara adat Mappalili yang digelar selama tiga hari, diawali dengan acara "atteddu arajang" atau membangunkan alat pembajak yang bertuah, kemudian "arajang ri'alu" atau mengarak pembajak sawah keliling kampung diiringi musik tradisional dan pemangku adat yang menggunakan baju adat. 

Puncak acara pada hari ketiga yakni "majjori" atau memulai membajak sawah peninggalan Kerajaan Segeri. Acara tersebut tak kalah meriahnya dengan dua acara sebelumnya. Karena setelah prosesi majjori itu dilakukan, diikuti acara siram-siraman air sebagai bentuk suka-cita oleh pemangku adat dan masyarakat setempat. 

Matteddu arajang alias membangunnya benda-benda kerajaan bukan perkara muda. Ada ritual dan harus dilakukan orang-orang tertentu. Presiden sekalipun, tidak bisa membangunkan arajang. Yang bisa membangunkan hanya Puang Matoa. Waktu yang dipilih untuk mattedu arajang juga melalui perhitungan bugis yakni 9 ompo, 9 temmate dan parallawali atau seimbang antara yang lewat dan datang. Usai mattedu dilanjutkan dengan mappelesso atau membaringkan arajang. 

Setelah itu, proses selanjutnya adalah mallekke wae dan labu lalle yakni mengambil air di sungai dan batang pisang lalu dibawa ke arajang di rumah adat. Batang pisang yang diambil harus utuh. "Maknanya ya untuk memandikan arajang." Setelah itu akan dicari waktu tepat untuk menurunkan arajang ke sawah. 

Saat mengarak arajang ke sawah ini sepertinya merupakan momen puncak karena diusung dan diantar 25 orang yang terdiri atas pembawa arajang dan pembawa bendera. Arajang akan diarak dalam proses hikmat dan sakral dari rumah adat ke Segeri, singgah di Sungai Segeri, ke Pasar Segeri lalu dibawa kembali ke tempat peraduannya bermula. 

Saat arajang diarak itulah pantangan untuk melintas atau lewat di depan arak-arakan. Zaman dulu, orang yang melintas di depan langsung mati. Kalau sekarang, orangnya langsung jatuh sakit. 



Puncak acara pada hari ketiga yakni "majjori" atau memulai membajak sawah peninggalan Kerajaan Segeri. Acara tersebut tak kalah meriahnya dengan dua acara sebelumnya. Karena setelah prosesi majjori itu dilakukan, diikuti acara siram-siraman air sebagai bentuk suka-cita oleh pemangku adat dan masyarakat setempat.

Matteddu arajang alias membangunnya benda-benda kerajaan bukan perkara muda. Ada ritual dan harus dilakukan orang-orang tertentu. Presiden sekalipun, tidak bisa membangunkan arajang. Yang bisa membangunkan hanya Puang Matoa. Waktu yang dipilih untuk mattedu arajang juga melalui perhitungan bugis yakni 9 ompo, 9 temmate dan parallawali atau seimbang antara yang lewat dan datang. Usai mattedu dilanjutkan dengan mappelesso atau membaringkan arajang. 

Setelah itu, proses selanjutnya adalah mallekke wae dan labu lalle yakni mengambil air di sungai dan batang pisang lalu dibawa ke arajang di rumah adat. Batang pisang yang diambil harus utuh. "Maknanya ya untuk memandikan arajang." Setelah itu akan dicari waktu tepat untuk menurunkan arajang ke sawah. 

Saat mengarak arajang ke sawah ini sepertinya merupakan momen puncak karena diusung dan diantar 25 orang yang terdiri atas pembawa arajang dan pembawa bendera. Arajang akan diarak dalam proses hikmat dan sakral dari rumah adat ke Segeri, singgah di Sungai Segeri, ke Pasar Segeri lalu dibawa kembali ke tempat peraduannya bermula. 

Saat arajang diarak itulah pantangan untuk melintas atau lewat di depan arak-arakan. Zaman dulu, orang yang melintas di depan langsung mati. Kalau sekarang, orangnya langsung jatuh sakit. 

Acara Mappalili selama tiga hari tiga malam itu juga dimeriahkan dengan Maggiri ala bissu alias tarian dari para bissu. Tarian tersebut menunjukkan kemampuan kekebalan mereka terhadap benda tajam dengan menusuk beberapa bagian tubuhnya sendiri. 

C. Peranan Bissu dalam pelaksanaan Upacara Mappalili

Mappalili adalah upacara mengawali musim tanam padi di sawah. Ritual ini dijalankan oleh para pendeta Bugis Kuno yang dikenal dengan sebutan bissu. Selain di Pangkep, komunitas bissu ada di Bone, Soppeng, dan Wajo. Ritual dipimpin langsung Seorang Bissu Puang Matoa. 

Puang Matoa terlihat begitu berwibawa di antara bissu yang berkumpul di rumah arajang, yakni tempat pusaka berupa bajak sawah disemayamkan. Mengenakan kemeja bergaris dengan warna dominan putih, dipadu sarung putih polos dan songkok. Suara santun dan tegas selalu keluar dari mulutnya. Tak ada teriakan sedikit pun. Sebagai pengganti teriakannya, Puang Matoa menggunakan katto-katto, sejenis pentungan yang khusus untuk memanggil anak laki-laki, dan kalung-kalung, nama alat untuk memanggil anak perempuan. 

Cukup memukul katto-katto tiga kali dan memberi kode. Meski hanya memanfaatkan pelita, para bissu tetap mempersiapkan perlengkapan ritual. Saidi, misalnya, membentuk simbol-simbol di atas daun sirih menggunakan beras empat warna : masing-masing hitam simbol tanah, merah simbol api, kuning simbol angin, dan putih simbol air. Ahmad Sompo, 43 tahun, Bissu Salassa Mangaji, terlihat membuat pelita dari buah kemiri dan kapas yang dibalutkan pada potongan bamboo. Setelah semua persiapan rampung, upacara pun digelar esok hari. 

Mappalili dimulai dengan upacara membangunkan arajang. “Teddu’ka denra maningo. Gonjengnga’ denra mallettung. Mallettungnge ri Ale Luwu. Maningo ri Watang Mpare. (Kubangunkan Dewa yang tidur. Kuguncang Dewa yang terbaring. Yang berbaring di Luwu. Yang tertidur di Watampare),” kata Puang Matoa, melagukan nyanyian untuk membangunkan arajang. 

Nyanyian Puang Matoa kemudian disambung suara semua bissu yang terlibat dalam upacara Mappalili. “Tokkoko matule-tule. Matule-tule tinaju. Musisae-sae kenneng. Masilanre-lanre kenning. Musinoreng musiotereng. Musiassaro lellangeng. Mupakalepu lolangeng. Lolangeng mucokkongngie. Lipu muranrusie. (Bangkitlah dan muncul. Tampakkan wajah berseri. Menari-nari bersama kami. Bersama turun, bersama bangun. Bersama saling mengunjungi. Menyatukan tujuan. Negeri yang engkau tempati. Tanah tumpah darahmu).”Nyanyian membangunkan arajang ada 10 lagu. Secara berurutan, Puang Matoa menyanyikannya, setiap tembangnya diikuti sembilan bissu yang terlibat dalam upacara. Bagian acara ini disebut matteddu arajang atau membangunkan pusaka berupa bajak sawah. Konon, bajak ini ditemukan secara gaib melalui mimpi. Puang Matoa mengatakan bajak dari kayu ini sudah ada sejak tahun 1330. Arajang tiap-tiap daerah ini berbeda. Di Pangkep berupa bajak sawah. Di Soppeng berupa sepasang ponto atau gelang berkepala naga yang terbuat dari emas murni. Sedangkan Bone dan Wajo, arajang-nya berupa keris.

Mengingat sudah sangat lama, bajak itu hanya diturunkan saat upacara Mappalili. Adapun tempat penyimpanan bajak tersebut diikatkan pada bubungan atas rumah arajang. Sebelum digantung, bajak atau     arajang itu dibungkus kain putih polos, dililit daun kelapa kering untuk menguatkan bungkusan. Tepat di bawah bajak terdapat palakka atau tempat tidur, berisi dupa dan beberapa badik. Tempat arajang itu dikelilingi kain merah polos. 

Setelah Matteddu Arajang, dilanjutkan dengan Mappalesso Arajang atau memindahkan arajang. Benda pusaka ini dipindahkan ke ruang tamu terbuka, mirip pendopo. Sebelumnya, seluruh pembungkus dibuka. Tepat di tengah, bajak ini dibaringkan bak jenazah. Ditutupi daun pisang, kemudian kedua ujungnya diberi tumpukan beberapa ikat padi yang masih berbentuk bulir. Pada bagian atas tumpukan padi itu dipasangi payung khas Bugis. Acara selanjutnya adalah Mallekko Bulalle atau menjemput nenek. 

Penjemputan dilakukan di Pasar. Beberapa bahan ritual di antaranya sirih dan kelapa. Selanjutnya memanjatkan doa di empat penjuru pasar, dipimpin Puang Upe Bissu Lolo. Sementara Puang Upe Bissu Lolo berdoa, bissu yang lain menari mengitari Puang Upe dan pembawa sesajen. Dari Pasar, rombongan bergeser menuju Sungai untuk mengambil air. Kegiatan ini dinamakan Mallekko Wae. Dilanjutkan dengan Mapparewe Sumange atau mengembalikan semangat. Malam hari, tepatnya setelah waktu isya, giliran para bissu mempertunjukkan kekebalan mereka. Tradisi ini disebut maggiri atau menikam bagian tubuh dengan benda tajam, seperti keris. Sejak sore para bissu mulai mempersiapkan diri. Mereka berdandan 
semaksimal mungkin untuk tampil paling cantik. Tiap bissu dibalut dengan warna kostum yang berbeda. 

Para bissu duduk mengelilingi arajang. Dipimpin Puang Matoa, mereka mengucapkan mantra dengan 
menggunakan bahasa Torilangi atau bahasa para dewata, yang tak lain adalah bahasa Bugis Kuno. Selanjutnya mereka menari-nari sambil berkeliling, tidak lama kemudian tiap bissu mengeluarkan keris yang diselipkan pada bagian pinggangnya. Keris ditarik dari sarunya, kemudian ditusukkan ke leher, ada juga yang menusuk perutnya. 

Seusai pertunjukan, masing-masing bissu menadahkan sapu tangan, topi, juga kotak. Mereka meminta bayaran dari penonton. Jumlahnya tergantung pemberi. Biasanya bissu yang menjadi idola diberi uang lebih besar. Uang yang diperoleh ini diambil oleh masing-masing bissu. Malam berikutnya, kegiatan maggiri kembali dilakukan. Kali ini jumlah penontonnya jauh lebih banyak dari malam sebelumnya. 

Kegiatan terakhir adalah mengarak arajang keliling kampung. Ini menjadi aba-aba bahwa waktunya untuk turun membajak sawah. Selain berkeliling kampung, arajang dibawa ke tengah sawah yang sekarang sudah menjadi kawasan empang. Arajang disentuhkan ke tanah, lengkap dengan sesembahan, termasuk menyembelih ayam, yang merupakan bagian dari sesembahan. 

Pada saat mengarak, setiap warga yang dilewati bisa menyiramkan air ke rombongan pengarak arajang. Kegiatan ini merupakan bentuk permintaan hujan kepada Sang Pencipta. Tapi sayang, ritual budaya ini hanya dipandang sebelah mata. Ini terlihat dari partisipasi warga yang mulai menurun. Bahkan sebagian warga menjaili dan mengolok-olok para bissu. Beberapa orang malah menyiapkan air comberan untuk disiramkan kepada bissu. Bahkan ada yang sengaja mencampurkan air siraman itu dengan kotoran sapi. 

Tak hanya bissu¸ tapi semua orang yang ikut juga disiram. Kami yang sekedar menyaksikan dan mengambil gambar ritual ini juga kena air, tidak melihat ponsel atau kamera yang kami bawa. Setelah diarak, arajang dibawa kembali. Sebelum dikembalikan ke bubungan atas rumag, arajang terlebih dahuku dibersihkan atau dimandikan. Air bekas mandian arajang ini ramai-ramai ditadahi warga yang menunggu di kolong rumah panggung. Mereka percaya air ini berkhasiat sebagai obat.


             Foto-foto Pelaksanaan Upacara Mappalili :





     Ket : Kelengkapan Upacara Mappalili dan Parade Traktor


D.   Filosofi yang Terdapat dalam Upacara Mappalili

Mappalili atau Appalili adalah ritual turun-temurun yang dipegang oleh masyarakat Sulawesi Selatan sebagai tanda untuk mulai menanam padi.

Menurut saya, dilihat dari proses dan aturan-aturan yang terdapat dalam pelaksanaan upacara adat Mappalili ini banyak sekali nilai filosofi yang dapat kita petik. Mulai dari tujuan Mappalili yaitu untuk menanam daerah yang kosong diawal musim.

Kemudian dalam proses pelaksanaan upacara dilarang untuk mendahului menanam padi sebelum acara adat dimulai karena akan mendapatkan bala. Hal ini memiliki arti bahwa didalam hidup tidak boleh berlaku curang karena suatu saat akan mendapatkan musibah.

Setelah itu terdapat proses upacara yang dinamakan Mapparewe Sumange yang memiliki arti mengembalikan semangat. Lalu para bissu mempertunjukkan kekebalan mereka. Tradisi ini menunjukan bahwa masyarakat kebal akan segala sesuatu yang akan membahayakan nyawa mereka.

Dan untuk kegiatan terakhir upacara tersebut pada saat mengarak, setiap warga yang dilewati bisa menyiramkan air ke rombongan pengarak arajang. Kegiatan ini merupakan bentuk permintaan hujan kepada Sang Pencipta. Dan agar tanaman mereka deiberikan kesuburan.