Minggu, 19 Oktober 2014

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa yang sering digunakan dalam berbagai kepentingan dan digunakan oleh berbagai kalangan. Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia meliputi ejaan, kaidah pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur serapan yang semua itu harus sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan (EYD).

1.        Pemakaian Huruf
a.      Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A       a
B       b
C       c
D      d
E       e
F        f
G       g
H      h
I        i

a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i

J          j
K        k
L          l
M       m
N        n
O        o
P        p
Q        q
R         r

je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er

S         s
T         t
U         u
V         v
W        w
X         x
Y         y
Z         z

es
te
u
ve
we
eks
ye
zet


b.      Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya :
·         Tadi malam Ayahku pergi ke Sérang.
·         Ayo, kita serang para penjahat itu !

c.       Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

d.      Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
ai
au
oi
ain
aula
-
malaikat
saudara
boikot
pandai
harimau
amboi

e.       Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

f.       Huruf Kapital
1.      Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya :
·         Saya sudah selesai sidang.
·         Rumah makan dekat rumahku rasanya nikmat.
2.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya :
Islam        Quran
Kristen     Alkitab
Hindu       Weda
Allah
Yang Maha Pengasih

g.      Huruf Miring
1.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
Berita itu muncul dalam surat kabar Media Indonesia.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya :
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
3.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang  bukan bahasa Indonesia.
Misalnya :
Nama ilmiah buah melinjo ialah Gnetum gnemon.
Semboyan negara kita adalah Bhinneka Tunggal Ika.

h.      Huruf Tebal
1.      Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
2.      Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
3.      Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.

2.        Penulisan Kata
a.    Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya :
Kami sangat mensyukuri atas keberhasilanmu.
b.      Kata Turunan
1.      a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
b.  Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.

2.      Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.      
Misalnya :
bertepuk tangan
garis bawahi
3.      Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menyebarluaskan

c.       Bentuk Ulang
1.      Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
lauk-pauk        tukar-menukar
anak-anak        mata-mata
berjalan-jalan   menulis-nulis
2.      Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:
 kekanak-kanakan
 perundang-undangan
 melambai-lambaikan

d.      Gabungan Kata
1.      Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:
 duta besar                   model linear
 kambing hitam           orang tua
2.    Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
 anak-istri Ali              anak istri-Ali
 ibu-bapak kami           ibu bapak-kami
 buku-sejarah baru       buku sejarah-baru
3.      Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:


acapkali
adakalanya
      sekalipun
      sukacita



e.       Suku Kata
1.      Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.       Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
b.      Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.
c.      Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
d.     Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
e.     Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang
f.       pertama dan huruf konsonan yang kedua.
2.      Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
3.      Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
4.      Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

f.       Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. 

g.      Partikel
1.      Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
2.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
3.      Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya

h.      Singkatan dan Akronim
1.      Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.    Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
b.      Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
c.       1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.

2.      Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.        

i.        Angka dan  Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

j.        Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
k.      Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

3.        Pemakaian Tanda Baca
a.      Tanda Titik (.)
1.      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
Dia pergi ke Bandung untuk bekerja.
2.      Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
3.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
4.      Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
b.      Tanda Koma (,)
1.      Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
2.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.
3.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
4.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
5.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
c.       Tanda Titik Koma (;)
1.      Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
2.      Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
3.      Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
d.      Tanda Titik Dua (:)
1.      Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
2.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
3.      Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
4.      Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
e.       Tanda Hubung (-)
1.      Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
2.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
3.      Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
f.       Tanda Pisah (─)
1.      Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat.
2.      Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
g.      Tanda Tanya (?)
1.      Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
2.    Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
h.      Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
i.        Tanda Elipsis (...)
1.      Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
2.      Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
j.        Tanda Petik (" ")
1.      Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
2.      Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
3.      Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
k.      Tanda Petik Tunggal (' ')
1.      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
2.      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
3.      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing
l.        Tanda Kurung (( ))
1.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
2.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
3.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
4.      Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
m.    Tanda Kurung Siku ([ ])
1.      Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
2.      Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
n.      Tanda Garis Miring (/)
1.      Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
2.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
o.      Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Dia 'kan sudah kusurati. ('kan: bukan)
Malam 'lah tiba. ('lah: telah)

PENULISAN UNSUR SERAPAN
Di bawah ini terdapat beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan :
§  a (ain Arab dengan a) menjadi ‘a
‘asr      asar
sa‘ah    saat
§  aa (Belanda) menjadi a
baal      bal
octaaf oktaf
§  ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe              aerob
aerodinamics   aerodinamika
§  c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel            kalomel  
construction    konstruksi
§  c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central             sentral
cent     sen
§  oo (Belanda) menjadi o
 komfoor         kompor
 provoost         provos
§  oo (Inggris) menjadi u
cartoon            kartun
 proof              pruf
§  th menjadi t
theocracy         teokrasi
orthography     ortografi

Sumber :
http://luk.staff.ugm.ac.id/ta/Suwardjono/EYD.pdf (diakses tgl. 19/10/2014, pkl. 06.49)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar