Sabtu, 04 Oktober 2014

RAGAM BAHASA


Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa. Ragam bahasa dapat dibedakan berdasarkan media pengantarnya dan berdasarkan situasi pemakaiannya. Berdasarkan media pengantarnya, ragam bahasa dapat dibagi atas dua macam yaitu, ragam lisan dan ragam tulis. Sedangkan brdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa dapat dibagi atas tiga macam, yaitu; ragam formal, ragam semiformal, dan ragam nonformal.

Ragam bahasa ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, yang terdiri dari :

1.        Ragam Bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain meliputi:

 §   Ragam bahasa cakapan
 §   Ragam bahasa pidato
 §   Ragam bahasa kuliah
 §   Ragam bahasa panggung

1.1       Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
           a.       Memerlukan kehadiran orang lain
           b.      Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
           c.       Terikat ruang dan waktu
           d.      Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara

1.2       Kelebihan ragam bahasa lisan :
           a.       Dapat disesuaikan dengan situasi.
           b.      Faktor efisiensi.
           c.      Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
         d.     Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.
        e.    Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
     f.      Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.

1.3       Kelemahan ragam bahasa lisan :

         a.       Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
         b.      Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
         c.       Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
         d.      Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

2.        Ragam Bahasa Tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain meliputi:

 §   Ragam bahasa teknis
 §   Ragam bahasa undang-undang
 §   Ragam bahasa catatan
 §   Ragam bahasa surat

2.1       Ciri-ciri ragam bahasa tulis :

           a.       Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
           b.      Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
           c.       Tidak terikat ruang dan waktu. 
           d.      Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
           e.       Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
           f.       Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu.

2.2       Kelebihan ragam bahasa tulis :
        a.       Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
          b.      Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
          c.       Sebagai sarana memperkaya kosakata.
         d.      Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.

2.3       Kelemahan ragam bahasa tulis :

        a.    Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
     b.   Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
       c.     Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.

3.        Perbedaan Ragam Ilmiah, Ragam Semi Ilmiah, dan Ragam Non Ilmiah

Menurut Lamuddin Finoza, terdapat tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (factual objektif). Factual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahas aiulmiah harus baku, baik ejaan, pembentukan kata, maupun struktur kalimatnya. Selain itu bahasa ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain bahasa ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.

Selain itu, menurut Lamuddin Finozza, karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topic atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.
Penggolongan karangan menurut bobot isinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu, karangan ilmiah, semi ilmiah dan non ilmiah.

Non Ilmiah (Fiksi) adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dan lainnya. Bentuk karangan non ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, roman, anekdot, hikayat, cerber, puisi dan naskah drama.

Semi ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannya pun tidak semi formal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering dimasukkan karangan non ilmiah. Maksud dari karangan non ilmiah tersebut ialah karena jenis semi ilmiah masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen. Karakteristiknya adalah berada diantara ilmiah. Bentuk karangan semi ilmiah yaitu artikel, editorial, opini, tips, reportase dan resensi buku. Resensi buku adalah bentuk konbinasi antara uraian, ringkasan dan kritik objektif terhadap sebuah buku. Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu ringkasan, deskripsi, kritik, apresiasi, dan praduga.

Ilmiah adalah  karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Jenis karangan ilmiah :

  1. Makalah : Karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan). 
   2. Kertas kerja : Makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius, biasanya disajikan dalam lokakarya.
   3. Skripsi : Karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain.
    4.  Tesis : Karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
   5.  Disertasi : Karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan analisi yang terinci.

Daftar Pustaka :

Finoza, Lamuddin. Agustus 2008. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Halim, Amran. 1979. Pembinaan Bahasa Nasional. Jakarta: Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Kedudukan dan Fungsi bahasa. Bandung: Angkasa

Sumber dari internet :
(di akses tgl. 04/10/2014 pkl. 14.22 )
(di akses tgl. 04/10/2014 pkl. 14.19 )
(di akses tgl. 04/10/14 pkl. 15.05)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar